PELANTIKAN JENA TEKE BIMA XVII
Ditulis dan diposkan oleh: Ikrar Ferdiansyah, S.Hut
![]() |
Muhammad Putra Feryyandi Berjalan menuju altar pelantikan |
Tanggal 18 September 2016 menjadi hari yang paling
bersejarah bagi masyarakat bima-mbojo, karena pada hari itu dilantiknya raja
bima dengan nama lengkap Muhammad Putra Feryyandi. Yandi begitu sebutan
akrabnya menjadi sultan bima ke XVII.
Muhammad Putra Feryyandi adalah anak dari mendiang raja bima
ke XVI Almarhum H. Ferry Zulkarnain, ST
yang juga mantan bupati bima selama 2 periode yaitu pada 2005-2010 dan
2010-2015. Beliau melepaskan masa jabatannya karena meninggal akibat serangan
jantung di tahun 2015.
Acara pelantikan Muhammad Putra Feryyandi dilakukan oleh 5
(Lima) ncuhi yang dipimpin langsung oleh
Hj. Siti Maryam M. Salahudin pada pukul 11:00 WITA yang merupakan Ketua
Dewan Adat.
![]() |
Penobatan menjadi Sultan ke XVII dipimpin oleh Hj. Siti Maryam M. Salahudin |
Acara diawali dengan Kirab yang diiringi Jara Sarau, star
dari pasar bawah menuju Istana Kesultanan Bima. Kirab jara sarau ini juga
dikendarai oleh Jenateke didampingi Para Ncuhi, yakni Ncuhi Dara, Ncuhi
Dorowuni, Ncuhi Banggapupa, Ncuhi Parewa dan Ncuhi Bolo. Acara ini juga diikuti
oleh masyarakat, yang didalamnya ada keluarga penghulu Melayu dan Majelis Adat
Sara Dana Mbojo dengan pakaian kebesaran dan pakaian harian dengan tetabuan
rebana atau hadrah dan Soka Sari.
Tanggal 18 September 2016 menjadi hari yang paling
bersejarah bagi masyarakat bima-mbojo, karena pada hari itu dilantiknya raja
bima dengan nama lengkap Muhammad Putra Feryyandi. Yandi begitu sebutan
akrabnya menjadi sultan bima ke XVII.
Muhammad Putra Feryyandi adalah anak dari mendiang raja bima
ke XVI Almarhum H. Ferry Zulkarnain, ST
yang juga mantan bupati bima selama 2 periode yaitu pada 2005-2010 dan
2010-2015. Beliau melepaskan masa jabatannya karena meninggal akibat serangan
jantung di tahun 2015.
Acara pelantikan Muhammad Putra Feryyandi dilakukan oleh 5
(Lima) ncuhi yang dipimpin langsung oleh
Hj. Siti Maryam M. Salahudin pada pukul 11:00 WITA yang merupakan Ketua
Dewan Adat
Setiba dihalaman kediaman, keluarga Sultan ikut serta dalam
barisan menuju tempat pelantikan yakni Istana Kesultanan Bima. Setiba di Istana
Kesultanan, Panglima Suba (Anwar Kalila) melapor kepada Panglima Upacara (Rato
Renda) untuk melakukan MIHU yakni pertanda acara akan dibuka. Prosesi acara
pelantikan diantaranya, pembacaan kalam ilahi oleh Qori’ah terbaik Nasional,
Khairunnisah,S.Pd.I, dan pembacaan Do’a yang dipimpin TGH.Abdurrahim Haris,MA.
Setelah itu dilanjutkan acara sambutan oleh Raja Bumi Pertiga, DR.Hj.Siti
Maryam M. Salahuddin,SH yang juga Ketua Dewan Adat Bima. Setelah dibacakan
surat keputusan oleh Ketua Dewan Adat, acara dilanjutkan dengan penobatan dan
pelantikan Jenateke Putra Mahkota Sultan Bima ke XVII oleh Ketua Dewan Adat,
DR.Hj.Siti Maryam M. Salahuddin, SH. Acara dilanjutkan dengan kegiatan
seremonial, hiburan rakyat, dan sebagainya.
Pelantikan raja bima ini membuat kita membuka kembali tabir
sejarah kerajaan di masa lampau.
Pada Jaman Kerjaan Daerah Kekuasaan Bima mencakup wilayah
Kota Bima Sekarang, Wilayah Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Taman Nasional
Tambora pun masuk dalam wilayah kekuasaan kerjaan Bima. Sejarah Bima dan TN
Tambora tidak bisa dilepaskan. Dalam beberapa kitab yang ditulis ncuhi dan
lainnya, memuat beberapa hal terkait Gunung Tambora. Salah satu yang paling
terkenal adalah kutipan saat meletusnya tambora yang berbunyi:
“Adalah pada waktu tengah malam,
meletuslah bunyi seperti
meriam,
habislah terkejut sekalian alam,
serasa dunia bagaikan karam.
Waktu subuh fajar pun merekah,
diturunkan Allah bala celaka.
Sekalian orang habislah duka,
bertangis-tangisan segala
mereka.
Bunyi bahananya sangat berjabuh,
ditempuh air timpa habu,
Berteriak memanggil anak dan ibu,
disangkanya dunia menjadi
kelabu”
(Tarikh 10-11 April 1815)
Komentar
Posting Komentar